Minggu, 26 April 2020

PSIKOLOGI PENERBANGAN: SUATU PENGENALAN


Widura Imam Mustopo

Pendahuluan
              
               Psikologi secara umum dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang perilaku dan proses mental manusia, meskipun perilaku hewan juga dipelajari, terutama sebagai sarana untuk lebih memahami perilaku manusia. Secara luas psikologi mencakup banyak bidang kekhususan. American Psychological Association (APA), suatu organisasi psikolog profesional di Amerika Serikat, memiliki daftar lebih dari 50 divisi dan masing-masing divisi mewakili aspek studi psikologi yang saling terpisah. Sedangkan di Indonesia Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) setidaknya terdaftar 20 Asosiasi/Ikatan Minat Bidang Psikologi yang beragam berkaitan dengan berbagai aspek psikologi, seperti klinis, kesehatan, industri dan organisasi, pendidikan, sekolah, forensik, militer, penerbangan dan lainnya. Semua ini berkaitan dengan pemahaman bagaimana perilaku manusia dan proses mental mempengaruhi atau dipengaruhi oleh masalah domain khusus mereka. 
             Tulisan ini mengulas apa yang dimaksud dengan psikologi penerbangan. Pembaca dikenalkan pada hal-hal yang termasuk dalam bahasan psikologi penerbangan, dan berbagai hal penting untuk membedakan psikologi penerbangan dan dunia psikologi lainnya.  Tetapi sebelumnya, perlu disingkirkan dulu citra populer tentang psikologi yang berhubungan dengan seseorang yang mengungkapkan keluhan atau masalahnya, ataupun seseorang yang berbaring di sofa menceritakan masa kecilnya dan riwayat perkembangan emosinya.  Pandangan tentang psikologi yang populer seperti tersebut itu lebih merupakan bidang yang berkaitan dengan psikologi klinis. Meskipun psikologi klinis merupakan komponen utama di bidang psikologi yang lebih luas, namun dapat dikatakan sedikit relevansinya dengan psikologi penerbangan. Itu tidak berarti bahwa pilot dan orang-orang yang terlibat di dunia penerbangan sama sekali tidak berhubungan dengan masalah mental atau apa yang dialami oleh umat manusia pada umumnya. Hanya saja di sini tidak membahas aspek-aspek psikologi manusia yang biasanya ditangani di bidang klinis melainkan mengulas aspek-aspek psikologi yang dapat mempengaruhi kinerja manusia dalam lingkungan penerbangan. Lebih menekankan pada semua aspek fungsi mental pilot, teknisi pemelihara, pengontrol lalu lintas udara, dan awak pendukung lainnya yang secara tak terelakkan dapat memengaruhi perilaku menjadi lebih baik atau lebih buruk.
          Pembahasan akan memilah psikologi penerbangan dari fokus psikoterapi psikologi klinis tradisional. Psikologi penerbangan akan lebih memusatkan perhatian pada perilaku maladaptif yang harus dibuktikan dengan perilaku yang tampil seperti minum berlebihan atau mengungkap gagasan yang membingungkan terkait dengan gangguan kepribadian, tetapi itu dilakukan untuk tujuan memahami dan memprediksi efek dari gangguan dan perilaku tersebut pada kegiatan yang terkait penerbangan, bukan untuk tujuan intervensi bentuk psikoterapi. Pendekatan yang digunakan dalam memahami psikologi penerbangan di sini jauh lebih mendasar. Fokus perhatian di sini tidak hanya terhadap perilaku (apa yang dilakukan orang) dan ide (apa yang dipikirkan orang) dari orang-orang dengan berbagai gangguan mental. Tetapi juga, perhatian terhadap bagaimana orang berperilaku pada umumnya. Psikologi pada tingkat paling inklusif adalah studi tentang perilaku orang pada umumnya. Psikologi di sini mempertanyakan mengapa dalam kondisi tertentu orang berperilaku dengan cara tertentu dan dalam kondisi berbeda mereka berperilaku dengan cara yang berbeda. Bagaimana peristiwa sebelumnya atau pengalaman, struktur kognitif, keterampilan, pengetahuan, kemampuan, preferensi, sikap, persepsi, dan sejumlah konstrak psikologi lainnya dapat mempengaruhi perilaku? Psikologi ingin menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang hal itu, dan berupaya mendapatkan mekanisme untuk menemukan jawaban. Ini semua memungkinkan pembaca dapat memahami dan memprediksi perilaku manusia.
       Dalam hal ini, ada kontribusi dari beberapa sub-disiplin bidang psikologi terhadap psikologi penerbangan. Ini termasuk psikofisiologis, psikologi kerekayasaan, dan disiplin lainnya yang terkait erat dengan faktor manusia, seperti; psikologi personil, psikologi kognitif, dan psikologi organisasi. Meskipun psikologi penerbangan sangat bergantung pada disiplin ilmu psikologi lainnya, namun sebenarnya disiplin ilmu lainnya juga sangat berhutang budi pada psikologi penerbangan karena mendukung kemajuan psikologi, khususnya di bidang psikologi terapan. Ini terutama disebabkan oleh ikatan historis psikologi penerbangan dengan penerbangan militer. Karena sejumlah alasan, penerbangan, dan pilot khususnya, selalu menjadi masalah yang sangat besar bagi militer. Pelatihan pilot militer adalah proses yang mahal dan panjang, sehingga perhatian besar telah diberikan, sejak Perang Dunia I, untuk meningkatkan kualitas seleksi individu-individu calon pilot ini untuk mengurangi kegagalan dalam pelatihan, asal-usul personel dan psikologi pelatihan. Demikian pula, biaya pesawat udara yang besar dan kerugiannya karena kecelakaan berkontribusi pada pengembangan faktor manusia dan psikologi kerekayasaan. Interaksi manusia dengan sistem otomasi, sekarang menjadi perhatian besar di era komputer, dan telah menjadi problem studi selama beberapa dekade dalam penerbangan, mulai dari pengenalan sistem penerbangan dan dalam beberapa tahun terakhir kokpit kaca canggih. Banyak penelitian yang dikembangkan dalam manajemen operasional penerbangan untuk sistem canggih ini sama-sama sesuai dengan tampilan dan kontrol canggih yang juga akan segera muncul di mobil dan truk.


Pengertian, Ruang Lingkup Psikologi Penerbangan

Dari pengertiannya yang umum, psikologi penerbangan dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia di dunia penerbangan.  Psikologi penerbangan ingin menelaah aspek-aspek perilaku manusia yang terkait dengan lingkungan penerbangan.  Secara lebih spesifik beberapa ahli psikologi penerbangan mendefinisikan sesuai dengan latar belakang dan tujuan masing-masing ahli tersebut. Psikologi penerbangan didefinisikan sebagai “Ilmu terapan yang mempelajari perilaku manusia dalam upaya untuk menyesuaikan diri  dengan lingkungan penerbangan" (Bond, et.al., 1962).  Bond dan kawan-kawan mencoba mendefinisikan psikologi penerbangan sebagai ilmu terapan, artinya psikologi penerbangan dikembangkan sebagai ilmu yang berorientasi pada pemecahan permasalahan di lapangan dan atau operasional, dalam hal ini operasional penerbangan.  Roscoe (dalam Roscoe & Williams, 1980) mendefinisikan psikologi penerbangan sebagai ilmu tentang perilaku manusia dalam pengoperasian sistem penerbangan". Martinussen & Hunter (2018) mendefinisikan sebagai studi tentang individu yang terlibat dalam kegiatan yang terkait penerbangan. Dari definisi di atas, secara ringkas psikologi penerbangan merupakan ilmu terapan yang pokok studinya adalah perilaku manusia dalam aktivitasnya di dunia penerbangan. 
Para ahli mengungkapkan bahwa psikologi penerbangan pada dasarnya mempelajari perilaku manusia.  Perilaku di sini dapat diartikan luas mencakup tindakan manusia, proses kognitif, dan emosional, termasuk di dalamnya hal-hal yang mempengaruhinya seperti perbedaan lintas budaya, antar dan intra-individu.  Dan perilaku manusia tersebut secara khusus dipelajari dalam lingkungan sistem yang kompleks di penerbangan. 
Sebagai ilmu terapan, psikologi penerbangan mengembangkan dan mengaplikasikan metode-metode dan teknik-teknik psikologi ilmiah berbasis empiris.  Metode dan teknik-teknik psikologi tersebut terutama yang terkait dengan bidang psikologi terapan, seperti psikologi kerja, psikologi organisasi, psikologi personel, psikologi sosial, psikologi pendidikan, diagnostik psikologi, psikologi kesehatan, dan psikologi klinis.
            Memperhatikan ruang lingkup studi psikologi penerbangan tersebut di atas, maka psikolog penerbangan bekerja dan bertanggung jawab atas bidang psikologi dalam area kerja: Seleksi, kualifikasi, dan pelatihan ; optimalisasi kondisi kerja dan pengembangan sistem ; pengurangan risiko keselamatan ; investigasi kecelakaan dan insiden ; intervensi krisis dan intervensi psikologis klinis ; manajemen beban kerja ; kualitas kerja tim dan sumber daya tim.


Tujuan Psikologi Penerbangan

Tujuan dari psikologi penerbangan adalah untuk memahami dan memprediksi perilaku individu dalam lingkungan penerbangan. Mampu, walaupun tidak sempurna, untuk memprediksi perilaku mempunyai manfaat besar bagi dunia penerbangan. Memprediksi secara akurat bagaimana pilot akan bereaksi (berperilaku) dalam membaca instrumen memungkinkan kita untuk mengurangi kesalahan pilot, yaitu dengan merancang instrumen yang lebih mudah ditafsirkan dan tidak mengarah pada potensi reaksi yang salah. Memprediksi bagaimana perilaku teknisi pemeliharaan ketika diberi serangkaian instruksi baru dapat menyebabkan peningkatan produktivitas melalui pengurangan waktu yang diperlukan untuk melakukan tindakan pemeliharaan. Memprediksi bagaimana lama istirahat akan mempengaruhi pengontrol lalu lintas udara ketika dihadapkan dengan konflik lalu lintas yang dapat meningkatkan keselamatan.  Memprediksi apakah restrukturisasi perusahaan pada budaya keselamatan suatu organisasi dapat mengidentifikasi area di mana konflik mungkin terjadi dan area di mana keselamatan cenderung menurun.
Dari tujuan umum untuk memahami dan memprediksi perilaku individu dalam lingkungan penerbangan, dapat diidentifikasi tiga tujuan yang lebih spesifik. Pertama, untuk mengurangi kesalahan oleh manusia dalam aktivitas penerbangan; kedua, untuk meningkatkan produktivitas; dan ketiga, untuk meningkatkan kenyamanan pekerja dan penumpangnya. Untuk mencapai tujuan-tujuan ini diperlukan kegiatan yang terkoordinasi dari banyak kelompok orang yang terlibat di penerbangan. Ini termasuk pilot, teknisi-pemelihara, operator kontrol lalu lintas udara, manajer organisasi penerbangan, pengangkut bagasi, supir truk bahan bakar, katering, ahli meteorologi, dispatcher, dan petugas kabin. Semua kelompok kerja ini, ditambah beberapa kelompok kerja pendukung lainnya, memiliki peran dalam mencapai ketiga tujuan psikologi penerbangan yaitu: keselamatan, efisiensi, dan kenyamanan. Namun, karena mengulas semua kelompok itu menjadi sangat luas maka pembahasan umumnya difokuskan pada pilot.  Alasan lain mengapa fokus pada pilot karena sebagian besar penelitian psikologi penerbangan dilakukan pada pilot. Hal ini perlahan berubah, dan belakangan ini lebih banyak penelitian yang telah dilaksanakan atau sedang dilakukan ditujukan pada pengontrol lalu lintas udara, anggota kru, dan kelompok pekerjaan lain yang terlibat dalam penerbangan.

Kepustakaan:

Bond, N.A., Bryan, G.L., (1962).  Aviation Psychology.  L.A. :   Aviation and Missile Safety Division.Goeters, K.M.(Ed), Aviation Psychology :  A Science and a Profession.  Vermont: Ashgate Publishing Co. 
Martinussen, M., and Hunter, D.R., (2018). Aviation Psychology and Human Factors (Second Edition). NW, Suite 300: Taylor & Francis Group, LLC., CRC Press.
Roscoe, S.N., and Williams, A.C. (1980). Aviation Psychology. NY: John Wiley & Sons,  
       Incorporated.
Tsang, P.S., and Vidulich, M.A., (2003). Introduction to Aviation Psychology. In, Tsang, P.S., and Vidulich, M.A. (Ed’s), Principle and Practice of Aviation Psychology Mahwah, New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc., Publishers.
Widura IM., (1986). Psikologi Dalam Lingkungan Penerbangan. Dalam : Kumpulan Karya Tulis Alumni Fakultas Psikologi Unpad, Dalam Rangka Lustrum V & Hari Sarjana Fakultas Psikologi Unpad.  Bandung :  Fakultas Psikologi Unpad.