Senin, 18 Oktober 2021

BUDAYA & IKLIM KESELAMATAN UNTUK MENGEMBANGKAN PERILAKU KESELAMATAN

 Widura Imam Mustopo

Kemajuan teknologi penerbangan yang semakin maju ditandai dengan meningkatnya kehandalan dan kinerja pesawat udara generasi baru hingga diaplikasikannya inovasi-inovasi berbagai peralatan operasional termasuk prosedur pengaturan lalu lintas udara, kedaruratan dalam pendaratan, dll.   Tak terkecuali kondisi ini memberikan dampak pada organisasi di dunia penerbangan.  Hal ini tidak hanya memberikan dampak pada operator, pilot dan awak pesawat lainnya namun juga segenap personil yang terlibat dalam dunia penerbangan.  Faktor manusia menjadi penting terutama pada tuntutan terhadap aspek-aspek psikologis tertentu, mengingat kemajuan teknologi memberikan dampak pada meningkatnya tuntutan terhadap kemampuan yang berhubungan dengan kompleksitas tugas.  Perhatian terhadap aspek keselamatan dari faktor manusia menjadi penting, karena kegagalan pada faktor manusia dapat menyebabkan kerugian baik secara ekonomi maupun jiwa manusia.

Tulisan ringkas ini bertujuan untuk mengungkap peran budaya dan iklim keselamatan dalam mendukung keselamatan dan bagaimana perilaku keselamatan dapat dikembangkan.  Dalam beberapa hal, perilaku yang dapat menjamin keselamatan seringkali harus dikontrol dan merupakan bagian dari tanggung jawab manajemen dan kepemimpinan untuk menjaga kepatuhan terhadap aturan demi tercapainya keselamatan terbang dan kerja. Namun seringkali kehandalan peran manajemen dan fungsi kepemimpinan juga tidak cukup, karena beberapa perilaku hanya dapat dipengaruhi melalui budaya dan/atau nilai-nilai yang berlangsung di organisasi.

 

Perilaku Keselamatan

Perilaku manusia, dapat dikatakan merupakan aspek yang kritis namun juga fleksibel dalam beradaptasi dengan tuntutan lingkungan kerja dan organisasi. Perilaku menjadi indikator utama ketika manusia berusaha untuk survive menghadapi berbagai tuntutan dan tekanan dalam kompleksitas sistem teknologi dengan segala konsekuensinya.  Dunia modern saat ini menempatkan prioritas utama pada keselamatan dengan berbagai regulasi yang fokusnya adalah terjaminnya lingkungan kerja yang aman. 

Perilaku keselamatan sendiri dapat diamati dari dua hal, yaitu safety compliance (kepatuhan demi keselamatan), dan safety participation (partisipasi dalam keselamatan).  Safety compliance merupakan perilaku yang ditujukan untuk mencegah terjadinya insiden/kecelakaan. Perilaku ini mengacu pada kegiatan inti yang dilakukan manusia dalam menjaga keselamatan di tempat kerja.  Perilaku ini ditunjukan dengan tindakan mematuhi peraturan, standar prosedur kerja dan mengenakan alat pelindung diri, dll.

Sedangkan safety participation merupakan perilaku yang tidak berkontribusi langsung pada keselamatan individu tetapi membantu mengembangkan lingkungan yang mendukung keselamatan.  Perilaku ini berasal dari budaya keselamatan yang muncul dalam bentuk norma dan nilai-nilai (values) yang terbentuk dari praktik-praktik keselamatan dalam keseharian pelaksanaan kerja.  Beberapa bentuk perilaku ini, antara lain; melaporkan adanya bahaya (hazard), memberikan laporan ketika mengalami insiden, menghadiri pertemuan tentang keselamatan (safety meeting) dsb.  Selain itu juga sikap sukarela untuk melapor bila melihat atau mengidentifikasi peluang untuk meningkatkan keselamatan, membimbing anggota/personil baru tentang pentingnya keselamatan, dll.  

 

Budaya Keselamatan, Iklim Keselamatan & Perilaku Keselamatan

Dalam mengulas budaya keselamatan yang membantu lingkungan untuk mendukung keselamatan terdapat tiga komponen utama, yaitu; komponen situasional, komponen psikologis, dan komponen perilaku.  Komponen situasional menyangkut struktur organisasi, misalnya; kebijakan, prosedur kerja, sistem manajemen, dsb.   Komponen perilaku mencakup kinerja (performance), termasuk di sini perilaku keselamatan (safety behavior) dan perilaku tidak aman (unsafe behavior).  Sedangkan komponen psikologis berhubungan dengan iklim keselamatan (safety climate) yang menyangkut persepsi dan sikap terhadap keselamatan. 

Sejumlah ahli mengemukakan bahwa iklim keselamatan dapat dilihat sebagai indikator dari budaya keselamatan suatu organisasi yang diamati oleh anggota/karyawan dalam suatu waktu tertentu.  Iklim keselamatan merepresentasikan persepsi, sikap, dan kepercayaan individu tentang risiko dan keselamatan. Iklim keselamatan juga mencakup persepsi individu terhadap kebijakan, prosedur, dan praktik yang berkaitan dengan keselamatan di tempat kerja.  Dapat dikatakan iklim keselamatan merupakan indikator penting untuk mengenali budaya keselamatan yang berlangsung atau hidup dalam suatu organisasi.

Untuk memahami sejauhmana budaya keselamatan dapat mempengaruhi terbentuknya perilaku keselamatan dapat diamati dari kondisi iklim keselamatan. Para pakar di bidang keselamatan, melaporkan hasil penelitiannya bahwa iklim keselamatan dapat mempengaruhi terbentuknya perilaku keselamatan melalui pengetahuan tentang keselamatan (safety knowledge) dan motivasi untuk keselamatan (safety motivation).  Iklim keselamatan yang positif akan mendorong anggota/personil mengembangkan pengetahuan dan motivasi tentang keselamatan.   Dan selanjutnya, kedua aspek tsb. akan mempengaruhi terbentuknya perilaku keselamatan yang muncul dalam bentuk kepatuhan dan partisipasi dalam mendukung terciptanya keselamatan dalam terbang dan kerja.

   

Iklim Keselamatan dan Perilaku Keselamatan



Penutup

        Dalam menerapkan keselamatan terbang dan kerja, hanya menekankan tanggung jawab pada individu saja tidaklah cukup.  Perilaku keselamatan perlu didukung dengan menjamin orang-orang untuk mematuhi aturan dan berpartisipasi dalam keselamatan.  Untuk upaya ini, sistem keselamatan memerlukan pemahaman tentang budaya keselamatan atau iklim keselamatan untuk mengantisipasi dan mengendalikan keselamatan. 


Kepustakaan

Cooper, D., (2001).  Improving Safety Culture: A Practical Guide. Hull: Applied Behavioural Science.

Gadd, S., Collins, A.M., (2002).  Safety Culture: A Review of The Literature.  Broad Lane, Shefield: Health & Safety Laboratory.

Helmreich, R.L., (1999).  Building Safety in The Three Cultures of Aviation.  In The Proceeding of The IATA Human Factors Seminar (pp. 39-43). Bangkok, Thailand.

Neal, A., and Griffin, M.A., (2002). Safety Climate and Safety Behavior.  Australian Journal of Management, 27, 67-75.

Neal, A., and Griffin, M.A., (2006). A Study of The Lagged Relationship Among Safety Climate, Safety Motivation, Safety Behavior, and Accidents at The Individual and Group Levels.  Journal of Applied Psychology, 91(4), 946-953.